Laman

Rabu, 17 November 2010

kostum baru timnas sepakbola INDONESIA 2010



Terinspirasi oleh budaya unik Indonesia, kedua kostum kandang maupun tandang memiliki lambang Garuda Pancasila di dada kiri, dekat dengan jantung dengan background printing lambang negara kita Burung GARUDA, yang merepresentasikan serta mengingatkan para pemain akan lambang negara dan juga kehormatan yang ada di pundak mereka, karena mereka bermain untuk membela negara.

Kesalahan Wasit yang Memimpin Pertandingan Jerman Vs Inggris Piala Dunia 2010

Inilah Daftar Kesalahan Wasit yang Memimpin Pertandingan Jerman Vs Inggris Piala Dunia 2010

Inggris harus takluk 4-1 di tangan Jerman di babak 16 besar Piala Dunia 2010, Minggu (27/6). Dalam pertandingan tersebut, Jerman memang tampak lebih superior karena karena mampu mmebuat kocar-kacir barisan pertahanan The Three Lions. Meski demikian, laga tersebut sempat mengundang kontroversi.

Tendangan gelandang Frank Lampard pada menit ke-38 sebenarnya sempat membuat bola masuk ke dalam gawang. Bola awalnya membentur tiang dan kemudian menyentuh tanah. Dalam tayangan ulang, sangat terlihat jelas bola sudah masuk ke dalam gawang lebih dahulu. Tapi, wasit asal Uruguay Jorge Larrionda tak mensahkan “gol” tersebut. Kontan saja, para pemain, ofisial, dan fans Inggris memprotes kebijakan wasit yang sangat kontroversial itu.

LPI tonggak reformasi persepakbolaan indonesia???

Liga Primer Indonesia (LPI) diyakini banyak kalangan sebagai titik balik reformasi persepakbolaan Indonesia. Namun penggagas LPI, Arifin Panigoro, menekankan bahwa LPI diselenggarakan bukan untuk menandingi ISL, melainkan untuk menciptakan kompetisi sepakbola yang lebih mandiri, professional, dan bersih.
"Kita ingin dapat menggelar sebuah kompetisi yang lebih bersih.LPI bertujuan untuk itu dan bukan untuk menandingi kompetisi yang sudah ada,"


LPI Liga Premier Indonesia

Tentang LPI liga premier indonesia
Sebuah acara silaturahmi antara 20 klub sepakbola nasional bersama Gerakan Reformasi Sepakbola Nasional Indonesia (GRSNI) di Graha Jenggala, Jakarta 17 September 2010 melahirkan sebuah deklarasi. Deklarasi tersebut pada intinya berisikan keprihatinan klub sepakbola nasional atas terpuruknya kondisi sepakbola nasional.
Klub sepakbola profesional kemudian mengambil inisiatif bersama untuk membangun dan mendeklarasikan Liga Primer Indonesia (LPI) di Semarang pada 24 Oktober 2010. Terdapat 17 klub sepakbola profesional yang menyatakan kemauan mereka akan sebuah perubahan.
Semangat klub dalam membangun LPI juga merupakan sebuah komitmen untuk peningkatan standar sepakbola, baik secara organisasi maupun keuangan. Klub-klub memandang bahwa sistem bantuan permodalan dan sistem bagi hasil pendapatan dalam LPI dapat membuat klub mandiri secara keuangan dan profesional dalam pengeloaan.
Demi mencapai kemandirian, konsorsium LPI memberikan bantuan modal awal kepada setiap klub peserta agar terlepas dari ketergantungan pada dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Modal awal tersebut bervariasi antar klub sesuai hasil audit yang telah diselenggarakan.
Selain itu, LPI menganut azas pembagian pendapatan secara transparan dan bertanggung jawab kepada klub peserta. Sesuai kesepakatan bersama klub, pembagian pendapatan LPI akan dilakukan berdasarkan 2 skema, yaitu skema untuk pendapatan liga (mis: sponsor liga, hak siar, dll) dan skema atas pendapatan pertandingan (mis: sponsor lokal, hak siar, tiket, dll).
LPI akan segera bergulir pada 8 Januari 2011. Namun, LPI akan menyelenggarakan pertandingan pra musim kompetisi (pre season tournament) di Medan, Surabaya dan Makassar. Akan ada kejutan-kejutan dan pertandingan-pertandingan seru yang disajikan oleh LPI dan klub-klub pesertanya.
Liga Premier Indonesia (LPI) diprakarsai oleh seorang Arifin Panigoro Pengusaha nasional Chief Executive Officer PT Medco Energi Corporation bersama 15 klub, Lima belas klub yang setuju bergabung adalah PSM Makassar, Persebaya Surabaya, Arema Malang, Persija Jakarta, PSMS Medan, Persipura Jayapura, Semen Padang, Persitara Jakarta Utara, PSPS Pekanbaru, PSS Sleman, Persijap Jepara, PSIS Semarang, Persema Malang, Deltras Sidoarjo, dan Persibo Bojonegoro.

Klub sepak bola tertua didunia


Klub sepak bola tertua didunia


Tanggal 24 Oktober 2010 adalah ulang tahun sebua klub berjulukan The Clubs atau Sheffield FC sepak bola yang ke 153 tahun. 
pada perayaan ulang tahun yang ke-150 pada 24 Oktober 2007 dihadiri oleh Presiden FIFA, Sepp Blatter, bahkan Presiden Inter Milan, Massimo Moratti juga datang merayakan. Mantan pemain terbaik Inggris, Tom Finney juga hadir di sana.
Klub yang satu ini adalah sebuah klub sepak bola modern tertua di dunia, klub seangkatannya mungkin sudah pada berguguran ditelan jaman.

Pada tanggal 24 Oktober 1857 dua orang pendiri Sheffield FC, Nathanaiel Creswick dan William Prest bersama-sama membentuk sebuah klub sepak bola.
Tujuan utamanya adalah membuat mereka tetap fit saat musim dingin. Nathanaiel dan William adalah pemain Cricket dan saat musim dingin, semua pertadingan cricket ditiadakan, sehingga mereka harus mencari alternatif lain agar kondisinya selalu fit, maka dibuatlah sebuah klub sepakbola.

Sejalan dengan waktu, Sheffield FC akhirnya bertanding di liga amatir, dan tetap menjadi amatir saat pertandingan profesional digelar pertama kali saat klub itu berulang tahunnya yang ketiga puluh.
Dan terus bermain sebagai kesebelasan amatir walau kedua klub dari kota yang sama, Sheffield United dan Sheffield Wednesday masuk ke ajang kompetisi profesional.

Menjadi sebuah klub sepakbola tertua di dunia ternyata membuat Sheffield FC menjadi semakin dekat dengan masyarakat. Klub ini terus mengembangkan diri menjadi sebuah community club dimana orang yang terlibat di dalamnya hanya ada 3 orang staff yang bertugas dari menjual karcis, membuat jadwal, menjamu tim lawan sampai mengecat garis lapangan dilakukan oleh mereka.
Dan sebagai sebuah community club, Sheffield FC memiliki 16 tim sepak bola dan 3 tim sepak bola dari orang cacat. Pendapatan klub lebih banyak dari iuran, kedai kopi dan penjualan online.

"Sheffield FC sebenarnya lebih senang dikenal sebagai klub sepak bola pertama daripada disebut dengan klub sepak bola tertua."

Sheffield FC adalah klub yang mengenalkan permainan sepak bola modern. Teknik-teknik seperti sundulan kepala, crossbar dan corners adalah inovasi-inovasi sepak bola yang diperkenalkan oleh mereka.
Jika pada jaman dahulu orang bermain bola seperti sebuah perkelahian, Sheffield FC mulai mengenalkan tendangan bebas dan pelanggaran serta lemparan kedalam saat bola keluar lapangan.

Saat pertama mereka berdiri, sudah hampir dipastikan belum ada lawan atau klub lain yang dapat diajak bertanding, sehingga mereka membuat pertandingan dengan berbagai bentuk tim, misalnya pertandingan antara pria menikah melawan bujangan.

"Pada tahun 1862 atau 5 tahun setelah Sheffield FC berdiri terbentuk 15 klub di sekitar kota Sheffield. Dan pada tahun berikutnya English FA didirikan."

Sheffield FC mungkin memiliki peluang yang kecil untuk dapat memenangkan piala FA atau sekalipun Premier League, tetapi klub ini telah mengilhami ratusan ribu klub sepak bola modern di dunia dan menjadikan para pemain bola saat ini menjadi super star olah raga dengan penghasilan jutaan Poundsterling. Sementara Sheffield FC tetap bersahaja dengan kesederhanaan.

Selasa, 16 November 2010

sejarah singkat PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia)




Sejarah Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI)
 - Sekilas tentang PSSI
PSSI (Persatuan Sepakbola seluruh Indonesia ) yang dibentuk 19 April 1930 di Yogyakarta. Sebagai organisasi olahraga yang dilahirkan di Zaman penjajahan Belanda, Kelahiran PSSI betapapun terkait dengan kegiatan politik menentang penjajahan. Jika meneliti dan menganalisa saat- saat sebelum, selama dan sesudah kelahirannya, sampai 5 tahun pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, jelas sekali bahwa PSSI lahir, karena dibidani politisi bangsa yang baik secara langsung maupun tidak, menentang penjajahan dengan strategi menyemai benih – benih nasionalisme di dada pemuda-pemuda Indonesia.
 - Awal Mula Berdirinya PSSI
        PSSI didirikan oleh seorang insinyur sipil bernama Soeratin Sosrosoegondo. Beliau menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman pada tahun 1927 dan kembali ke tanah air pada tahun 1928. Ketika kembali ke tanah air Soeratin bekerja pada sebuah perusahaan bangunan Belanda “Sizten en Lausada” yang berpusat di Yogyakarta. Disana ia merupakan satu – satunya orang Indonesia yang duduk dalam jajaran petinggi perusahaan konstruksi yang besar itu. Akan tetapi, didorong oleh jiwa nasionalis yang tinggi Soeratin mundur dari perusahaan tersebut.
       Setelah berhenti dari “Sizten en Lausada” ia lebih banyak aktif di bidang pergerakan, dan sebagai seorang pemuda yang gemar bermain sepakbola, Soeratin menyadari sepenuhnya untuk mengimplementasikan apa yang sudah diputuskan dalam pertemuan para pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda) Soeratin melihat sepakbola sebagai wahana terbaik untuk menyemai nasionalisme di kalangan pemuda, sebagai tindakan menentang Belanda.
       Untuk melaksanakan cita – citanya itu, Soeratin mengadakan pertemuan demi pertemuan dengan tokoh – tokoh sepakbola di Solo, Yogyakarta dan Bandung . Pertemuan dilakukan dengan kontak pribadi menghindari sergapan Polisi Belanda (PID). Kemudian ketika diadakannya pertemuan di hotel kecil Binnenhof di Jalan Kramat 17, Jakarta dengan Soeri – ketua VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta) bersama dengan pengurus lainnya, dimatangkanlah gagasan perlunya dibentuk sebuah organisasi persepakbolaan kebangsaan, yang selanjutnya di lakukan juga pematangan gagasan tersebut di kota Bandung, Yogya dan Solo yang dilakukan dengan tokoh pergerakan nasional seperti Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, A Hamid, Soekarno (bukan Bung Karno), dan lain – lain. Sementara dengan kota lainnya dilakukan kontak pribadi atau kurir seperti dengan Soediro di Magelang (Ketua Asosiasi Muda).
      Kemudian pada tanggal 19 April 1930, berkumpullah wakil – wakil dari VIJ (Sjamsoedin – mahasiswa RHS); wakil Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB) Gatot; Persatuan Sepakbola Mataram (PSM) Yogyakarta, Daslam Hadiwasito, A.Hamid, M. Amir Notopratomo; Vortenlandsche Voetbal Bond (VVB) Solo Soekarno; Madioensche Voetbal Bond (MVB), Kartodarmoedjo; Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM) E.A Mangindaan (saat itu masih menjadi siswa HKS/Sekolah Guru, juga Kapten Kes.IVBM) Soerabajashe Indonesische Voetbal Bond (SIVB) diwakili Pamoedji. Dari pertemuan tersebut maka, lahirlah PSSI (Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia) nama PSSI ini diubah dalam kongres PSSI di Solo 1950 menjadi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia yang juga menetapkan Ir. Soeratin sebagai Ketua Umum PSSI.
      Begitu PSSI terbentuk, Soeratin dkk segera menyusun program yang pada dasarnya “menentang” berbagai kebijakan yang diambil pemerintah Belanda melalui NIVB. PSSI melahirkan “stridij program” yakni program perjuangan seperti yang dilakukan oleh partai dan organisasi massa yang telah ada. Kepada setiap bonden/perserikatan diwajibkan melakukan kompetisi internal untuk strata I dan II, selanjutnya di tingkatkan ke kejuaraan antar perserikatan yang disebut “Steden Tournooi” dimulai pada tahun 1931 di Surakarta .
       Kegiatan sepakbola kebangsaan yang digerakkan PSSI , kemudian menggugah Susuhunan Paku Buwono X, setelah kenyataan semakin banyaknya rakyat pesepakbola di jalan – jalan atau tempat – tempat dan di alun – alun, di mana Kompetisi I perserikatan diadakan. Paku Buwono X kemudian mendirikan stadion Sriwedari lengkap dengan lampu, sebagai apresiasi terhadap kebangkitan “Sepakbola Kebangsaan” yang digerakkan PSSI. Stadion itu diresmikan Oktober 1933. Dengan adanya stadion Sriwedari ini kegiatan persepakbolaan semakin gencar.
      Lebih jauh Soeratin mendorong pula pembentukan badan olahraga nasional, agar kekuatan olahraga pribumi semakin kokoh melawan dominasi Belanda. Tahun 1938 berdirilah ISI (Ikatan Sport Indonesia), yang kemudian menyelenggarakan Pekan Olahraga (15-22 Oktober 1938) di Solo.
      Karena kekuatan dan kesatuan PSSI yang kian lama kian bertambah akhirnya NIVB pada tahun 1936 berubah menjadi NIVU (Nederlandsh Indische Voetbal Unie) dan mulailah dirintis kerjasama dengan PSSI. Sebagai tahap awal NIVU mendatangkan tim dari Austria “Winner Sport Club “ pada tahun 1936.
      Pada tahun 1938 atas nama Dutch East Indies, NIVU mengirimkan timnya ke Piala Dunia 1938, namun para pemainnya bukanlah berasal dari PSSI melainkan dari NIVU walaupun terdapat 9 orang pemain pribumi / Tionghoa. Hal tersebut sebagai aksi protes Soeratin, karena beliau menginginkan adanya pertandingan antara tim NIVU dan PSSI terlebih dahulu sesuai dengan perjanjian kerjasama antara mereka, yakni perjanjian kerjasama yang disebut “Gentelemen's Agreement” yang ditandatangani oleh Soeratin (PSSI) dan Masterbroek (NIVU) pada 5 Januari 1937 di Jogyakarta. Selain itu, Soeratin juga tidak menghendaki bendera yang dipakai adalah bendera NIVU (Belanda). Dalam kongres PSSI 1938 di Solo, Soeratin membatalkan secara sepihak Perjanjian dengan NIVU tersebut.
      Soeratin mengakhiri tugasnya di PSSI sejak tahun 1942, setelah sempat menjadi ketua kehormatan antara tahun 1940 – 1941, dan terpilih kembali di tahun 1942.
      Masuknya balatentara Jepang ke Indonesia menyebabkan PSSI pasif dalam berkompetisi, karena Jepang memasukkan PSSI sebagai bagian dari Tai Iku Kai, yakni badan keolahragaan bikinan Jepang, kemudian masuk pula menjadi bagian dari Gelora (1944) dan baru lepas otonom kembali dalam kongres PORI III di Yogyakarta (1949).
 - Perkembangan PSSI
      Pasca Soeratin ajang sepakbola nasional ini terus berkembang walaupun perkembangan dunia persepakbolaan Indonesia ini mengalami pasang surut dalam kualitas pemain, kompetisi dan organisasinya. Akan tetapi olahraga yang dapat diterima di semua lapisan masyarakat ini tetap bertahan apapun kondisinya. PSSI sebagai induk dari sepakbola nasional ini memang telah berupaya membina timnas dengan baik, menghabiskan dana milyaran rupiah, walaupun hasil yang diperoleh masih kurang menggembirakan.
      Hal ini disebabkan pada cara pandang yang keliru. Untuk mengangkat prestasi Timnas, tidak cukup hanya membina Timnas itu sendiri, melainkan juga dua sektor penting lainnya yaitu kompetisi dan organisasi, sementara tanpa disadari kompetisi nasional kita telah tertinggal.
      Padahal di era sebelum tahun 70-an, banyak pemain Indonesia yang bisa bersaing di tingkat internasional sebut saja era Ramang dan Tan Liong Houw, kemudian era Sucipto Suntoro dan belakangan era Ronny Pattinasarani.
      Dalam perkembangannya PSSI sekarang ini telah memperluas jenis kompetisi dan pertandingan yang dinaunginya. Kompetisi yang diselenggarakan oleh PSSI di dalam negeri ini terdiri dari :
•  Divisi utama yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus non amatir.
•  Divisi satu yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus non amatir.
•  Divisi dua yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus non amatir.
•  Divisi tiga yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus amatir.
•  Kelompok umur yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain:
•  Dibawah usia 15 tahun (U-15)
•  Dibawah usia 17 tahun (U-170
•  Dibawah Usia 19 tahun (U-19)
•  Dibawah usia 23 tahun (U-23)
•  Sepakbola Wanita
•  Futsal.
      PSSI pun mewadahi pertandingan – pertandingan yang terdiri dari pertandingan di dalam negeri yang diselenggarakan oleh pihak perkumpulan atau klub sepakbola, pengurus cabang, pengurus daerah yang dituangkan dalam kalender kegiatan tahunan PSSI sesuai dengan program yang disusun oleh PSSI. Pertandingan di dalam negeri yang diselenggarakan oleh pihak ketiga yang mendapat izin dari PSSI. Pertandingan dalam rangka Pekan Olahraga Daerah (PORDA) dan pekan Olah Raga Nasional (PON). Pertandingan – pertandingan lainnya yang mengikutsertakan peserta dari luar negeri atau atas undangan dari luar negeri dengan ijin PSSI.
      Kepengurusan PSSI pun telah sampai ke pengurusan di tingkat daerah – daerah di seluruh Indonesia . Hal ini membuat Sepakbola semakin menjadi olahraga dari rakyat dan untuk rakyat.
      Dalam perkembangannya PSSI telah menjadi anggota FIFA sejak tanggal 1 November 1952 pada saat congress FIFA di Helsinki. Setelah diterima menjadi anggota FIFA, selanjutnya PSSI diterima pula menjadi anggota AFC (Asian Football Confederation) tahun 1952, bahkan menjadi pelopor pula pembentukan AFF (Asean Football Federation) di zaman kepengurusan Kardono, sehingga Kardono sempat menjadi wakil presiden AFF untuk selanjutnya Ketua Kehormatan.
      Lebih dari itu PSSI tahun 1953 memantapkan posisinya sebagai organisasi yang berbadan hukum dengan mendaftarkan ke Departement Kehakiman dan mendapat pengesahan melalui SKep Menkeh R.I No. J.A.5/11/6, tanggal 2 Februari 1953, tambahan berita Negara R.I tanggal 3 Maret 1953, no 18. Berarti PSSI adalah satu – satunya induk organisasi olahraga yang terdaftar dalam berita Negara sejak 8 tahun setelah Indonesia merdeka.
- Sekilas Tentang SOERATIN
      Soeratin lahir di Yogyakarta, 17 Desember 1898, dari kalangan terpelajar. Ayahnya, R. Soesrosoegondo, guru pada Kweekschool, menulis buku Bausastra Bahasa Jawi. Istrinya, R.A. Srie Woelan, adik kandung Dr Soetomo, pendiri Budi Utomo. Tamat dari Koningen Wilhelmina School di Jakarta, Soeratin belajar di Sekolah Teknik Tinggi di Hecklenburg, dekat Hamburg, Jerman, pada 1920 dan lulus sebagai insinyur sipil pada 1927.
      Sekembalinya dari Eropa pada 1928, ia bergabung dengan sebuah perusahaan konstruksi terkemuka milik Belanda dan membangun antara lain jembatan serta gedung di Tegal dan Bandung. Namun, pada waktu bersamaan, Soeratin mulai merintis pendirian sebuah organisasi sepak bola, yang bisa diwujudkan pada 1930.
      Organisasi boleh dikatakan realisasi konkret dari Sumpah Pemuda 1928. Nasionalisme itu dicoba dikembangkan melalui olahraga, khususnya sepak bola. Seperti halnya ipar Soeratin, Dr Soetomo, yang berkeliling Pulau Jawa untuk menemui banyak tokoh dalam rangka menekankan pentingnya pendidikan dan kemudian disusul dengan pendirian Budi Utomo, Soeratin melakukan pertemuan dengan tokoh sepak bola pribumi di Solo, Yogyakarta, Magelang, Jakarta, dan Bandung. Pertemuan itu diadakan secara sembunyi untuk menghindari sergapan Intel Belanda (PID). Pada 19 April 1930, beberapa tokoh dari berbagai kota berkumpul di Yogyakarta untuk mendirikan PSSI (Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia). Istilah "sepakraga" diganti dengan "sepakbola" dalam Kongres PSSI di Solo pada 1950. PSSI kemudian melakukan kompetisi secara rutin sejak 1931, dan ada instruksi lisan yang diberikan kepada para pengurus, jika bertanding melawan klub Belanda tidak boleh kalah. Soeratin menjadi ketua umum organisasi ini 11 kali berturut-turut. Setiap tahun ia terpilih kembali.
      Meskipun sudah diusulkan PSSI pada 2005, Soeratin tidak kunjung diangkat menjadi pahlawan nasional. Pada 2006, saya bertemu dengan seorang sejarawan yang menjadi tim penilai pahlawan ini. Ternyata alasan penolakannya bersifat administratif. PSSI telah mengirim usulan yang konon didukung oleh Wali Kota Yogyakarta (kota kelahiran Soeratin) dan Wali Kota Bandung (domisili Soeratin di akhir hayatnya). Namun PSSI hanya mengirim buku PSSI Alat Perjuangan Bangsa dan brosur kecil Perjuangan Ir Soeratin Sosrosoegondo, yang diterbitkan dalam rangka peringatan 75 tahun PSSI pada April 2005. Tim penilai mengharapkan sebuah buku yang khusus ditulis untuk pencalonan pahlawan ini secara ilmiah.
      Pada 22 Juni 2006, diselenggarakan seminar di Senayan, Jakarta, untuk mendiskusikan peran Soeratin dalam persepakbolaan nasional. Sayangnya, PSSI tidak melampirkan makalah seminar ini beserta transkrip diskusi kepada tim penilai kepahlawanan nasional. Dalam kasus ini saja terlihat bahwa manajemen PSSI yang sekarang kurang beres.

===================
Sumber :
>>http://www.pssi-football.com/id/history.php
>>http://id.wikipedia.org/wiki/Soeratin_Sosrosoegondo
>>Koran Tempo, 31 Maret 2010
===================